Dapatkan buku Salah Vonis sekarang dan mulailah perjalanan menemukan versi terbaik dari dirimu.
Pendidikan bukan soal mengisi wadah yang kosong, tetapi soal menyalakan api obor yang berestafet. Dear Gen Z yang sedang bertahan dalam badai ekspektasi datang dari keluarga, masyarakat, bahkan dari diri sendiri. Teman-teman lahir sebagai digital natives, ketika sudah tidak ada lagi jarak dengan informasi yang unlimited dan serba instan! Tak disadari di masa ini ada risiko terpapar mental yang terdidik untuk mendapatkan segala sesuatu serba kilat, serasa tidak perlu lagi ada perjuangan keras untuk medapatkan sebuah hasil yang diinginkan. Instant satisfaction menjadi kepuasan yang membuat candu. Harapanku, tulisan ini bisa menjadi sebuah payung dan jaket hangat untuk membuat diri nyaman untuk terus berjalan melewatinya, hingga kau temukan matahari potensi dan panggilan hatimu.
Setiap manusia pernah menjadi korban salah vonis dengan dicap sebelum dipahami, dinilai sebelum dikenal. Zayn Ali lahir dan tumbuh di dua dunia: Timur dan Barat, iman dan prasangka, keyakinan dan keraguan. Di setiap langkahnya, ia belajar bahwa menjadi berbeda bukan kesalahan, melainkan panggilan untuk mengerti hidup lebih dalam.
Kisah Zayn Ali adalah perjalanan dari keterasingan menuju pemahaman.
Seorang yang dianggap menolak sistem, lalu menjadi guru bagi mereka yang dulu menilainya salah.
Pertemuannya dengan almarhum Munif Chatib menyalakan api baru: bahwa pendidikan bukan mencetak manusia seragam, melainkan menyalakan cahaya makna di setiap jiwa.
Teman-teman lahir di masa serba cepat. Informasi melimpah, waktu berlari, dan hasil instan terasa seperti satu-satunya ukuran sukses. Buku ini adalah jeda kecil; tempat untuk menenangkan diri, merenung, dan mengingat bahwa kecepatan bukan tujuan, makna adalah arah.
Teman-teman akan menemukan refleksi personal tentang salah vonis dan cara berdamai dengannya, memahami prinsip Segitiga Kehidupan; pikiran, perasaan, dan tindakan, sebagai peta untuk mengenali diri, melalui kisah nyata yang lahir dari ruang kelas dan ruang hati, dituturkan dengan bahasa yang jujur, tulus, dan menyembuhkan.
"Melalui buku ini, Zayn Ali mengajak kita merenungi hakikat pendidikan, khususnya bagi generasi Z yang kelak akan menjadi pemimpin masa depan. Pendidikan bukan sekadar mengajarkan pengetahuan, tapi mengajarkan cara berpikir, cara bersikap, dan adab. Puncak dari proses pendidikan bukan hanya mencetak pemikiran, tetapi juga membentuk karakter mulia, berbudaya dan berbudi pekerti luhur. Inilah panggilan sejati pendidikan yang harus kita gelorakan bersama, demi masa depan bangsa yang lebih adil dan sejahtera."
Anies Rasyid Baswedan, PhD
"Membaca tulisan Mas Zayn, sahabat saya, seperti menapaki kembali lorong-lorong sunyi dunia pendidikan; tempat di mana perubahan, refleksi, dan cinta bertemu dalam satu ruang kesadaran. Tulisan ini bukan sekadar hasil pemikiran, melainkan buah dari perjalanan batin yang panjang. Sebuah proses penyembuhan dari luka karena penilaian, vonis, dan label yang sering kali menyesakkan, namun justru melahirkan tekad untuk bangkit dengan penuh kasih dan kesungguhan."
Barkah Sanyoto, S.Psi., M.Psi, Psikolog
Lahir di New Mexico (USA), tumbuh di lingkungan multikultural, dan kini dikenal sebagai guru milenial yang menulis dengan empati. Ia percaya bahwa setiap kesalahan vonis adalah kesempatan untuk menyalakan kebijaksanaan. Melalui karyanya, Zayn mengajak kita melihat pendidikan bukan dari sisi kurikulum, tapi dari sisi kemanusiaan.
Mr. Zayn Ali English Teacher - CEO - LES Global Director - EFA Foundation Trainer - BNSP RI